annyeong korean lovers~
Kali ini aku mau reshare cerpen korea aku yang sdah pernah aku share pertama kali di an wordpressku "azurizkafanfiction.wordpress.com"
Hope you all enjoy it..
A Beautifful Memoriese
Karya : Rizka Nur Astuti
Pembimbing : Ratna Restapaty, M.Pd
SMK KESEHATAN BORNEO LESTARI
Peter Jung seorang laki-laki tampan berambut pirang yang banyak disukai oleh kaum hawa di sekolahannya yaitu Gamseong International School. Wajar saja ia tampan, ayahnya merupakan kebangsaan Korea dan ibunya berkebangsaan Amerika.
Keesokan harinya ketika Peter berjalan memasuki kelasnya ia melewati ruangan musik. Disana ia mendengar seperti ada orang yang sedang memainkan piano. Ternyata dugaannya benar, terlihat seorang gadis sedang bermain instumental Cannon in D karya Pachebel. Peter pun memutuskan untuk duduk dikursi dekat gadis tersebut bermain piano. Gadis tersebut memainkan tuts piano dengan lincahnya. Gadis tersebut memiliki wajah cantik sperti hal nya member 5Dolls “Shannon”, tetapi gadis ini mukanya lebih ke Eropa.
Gadis tersebut telah selesai memainkan permainan pianonya. Peter pun bertepuk tangan sangat keras sehingga membuat gadis tersebut terkejut.
“kamu siapa?” ucap gadis tersebut.
“perkenalkan aku Peter Jung, kamu?” ucap Peter sambil mengulurkan tangannya.
“aku Azura Bayley Kim..” ucap gadis tersebut yang biasa dipanggil Azura atau Azu sambil menyambut tangan Peter.
“salam kenal.. oh ya kamu murid baru?”
“iya aku baru pindah dari Paris.. “
“pantesan saja aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. oh ya kamu bilang dari Paris?! berarti kamu bukan orang korea dong..”
“iya..” ucap gadis tersebut sambil tersenyum manis. Lalu gadis tersebut berkata lagi “eomma (ibu) ku orang Paris sedangkan appa (ayah) campuran Korea dan Indonesia..”
“pantes, muka kamu seperti orang Eropa..”
Azura tersenyum kembali. Tak lama mereka berbincang-bincang, tiba-tiba bel tanda masuk pun berbunyi.
Teng Teng Teng…
“kajja (ayo) bel sudah berbunyi. oh ya, kelas kamu dimana?” ucap Peter.
“aku kelas XIA , tapi aku gak tau kelasnya dimana?”
“wah, berarti kamu classmate aku dong..”
“neodo( kamu juga)”
“eo, majayo (yup, benar), kajja (ayo) kia bareng”
Akhirnya mereka pun berjalan menuju kelas bersama-sama. Diperjalanan menuju kelas, banyak murid perempuan membicarakan mereka seperti “keu yeoja neun nuguya? (wanita itu siapa?)” , “keu yeoja neun Peter seonbae yeojachingu? (apakah wanita itu pacarnyasenior Peter?”, dan sebagainya. Azura pun menjadi risih dibicarakan Pclub ( nama penggemar Peter ).
“yak! Peter-ah (hey! Peter) kamu cukup tenar juga disekolah ya?^^” ucap Azura sambil membuat seutas senyum di wajahnya.
“ha ha ha.. tidak juga” ucap Peter sambil tertawa renyah.
Setelah sepanjang jalan menuju kelas dibicarakan, didalam kelas pun juga dibucarakan oleh kaum hawa. Bahkan bukan hanya kaum hawa, kaum adam pun juga membicarakan mereka berdua . Terutama kepada Azura. mereka berkata “yak, geu yeoja neun.. owh jinja yeoppeuda (hey, gadis itu.. owh sangat cantik)” dan sebagainya. Tetapi, karena Azura seorang tipe wanita yang tidak perduli apa yang mereka katakan.
Bel istirahat berbunyi, semua murid bedesak-desakan keluar. Tapi tidak untuk Azura, ia lebih memilih dikelas saja membaca buku daripada diluar. Peter pun mendatangi Azura yang sedang membaca buku pelajaran.
“kamu tidak istirahat?” tanya Peter.
“tidak” jawab Azura.
“kenapa?” tanya Peter kembali.
“aku tipe wanita yang kurang suka kekantin, jadi setiap kali istirahat aku memutuskan untuk diam dikelas membaca buku daripada ke kantin” ujar Azura sambil menjelaskan.
“keurom darawa (kalau begitu ikut aku)” seru Peter sambil menarik tangan Azura.
“eodiga? (kemana?)”
“nanti kau akan tau. Sekarang tutup matamu.”
Azura pun menuruti perintah Peter, ia menutup matanya. Peter pun masih terus menarik tangannya dengan lembut sesampainya ketempat yang ingin dituju Peter. Ia menyuruh Azura untuk membuka matanya.
“Azu-yah, sekarang kamu bisa membuka matamu.” perintah Peter.
Ketika Azura membuka matanya alangkah terkejutnya ia. Ia baru mengetahui bahwa sekolah yang ia pakai sekarang memiliki pemandangan yang justru lebih indah daripada pemandangan di belakang sekolahnya dulu di Paris.
“eottae? neol joahae? (bagaimana? kamu menyukainya?)” tanya Peter kepada Azura.
“eo.. (ya..) neomu joah (sangat menyukainya)” balas Azura.
“neo arra?(kamu tahu?) kamu adalah orang pertama yang taman ini”
“wae? ( kenapa?)”
“taman ini memang dibuat secara rahasia. Belum ada murid sekolahan ini yang mengetahuinya selain kau dan aku..” jelas Peter.
“kenapa dirahasiakan?”
“aku juga tidak tahu.. pokoknya jangan beritahu siapa-siapa, arraseo ? ( mengerti ? )”
“arra.. (aku mengerti..)”
“yaksok? (berjanjilah) ” ucap Peter sambil mengulurkan jari kelingkingnya.
“yaksok.. ” ucap Azura tersenyum sambil mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Peter.
Mereka berbincang-bincang seperti halnya teman yang sudah lama tak berjumpa, adahal mereka baru saja bertemu. saking asyiknya mereka berbincang-bincang mereka tak sadar telah berbincang-bincang cukup lama hingga akhirnya bel tanda masuk kelas pun berbunyi.
teng teng teng..
“kajja ( ayo ) kita kekelas.” ucap Peter sambil mengulurkan tangannya.
Azura pun menyambut tangannya Peter. Peter menarik Azura terlalu kuat sehingga mereka berdua berdiri berhadapan dengan jarak yang sangat dekat kira-kira sekitar 5cm.
“aah~ mian ( aah~ maaf )” ucap Peter dengan wajah yang memerah seperti udang rebus.
” gwenchana ( tidak apa-apa )” ucap Azura dan wajahnya pun juga memerah seperti udang rebus. “ah, kajja (ayo) “. Akhirnya mereka berjalan menuju kelas dengan canggung.
Ketika perjalanan menuju kelas Peter berjalan sambil memperhatikan Azura. Azura yang dari tadi dipandangi Peter tidak sadar bahwa dirinya sedang diperhatikan Peter. Tak lama kemudian, Azura sadar bawa Peter sedang memperhatikan wajahnya. Langsung ia menoleh ke wajah ke Peter. Peter langsung cepat-cepat memalingkan wajahnya dan mencari pandang lain. Azura yang melihatnya tersenyum manis. Wajah Peter langsung memerah seperti kepiting rebus. Azura pun tertawa kecil melihat kelakuan temannya itu.
“kenapa kau tertawa?” ucap Peter dengan wajah masih seperti kepiting rebus.
“aniya (tidak apa-apa), aku hanya lucu saja melihat wajahmu yang memerah seperti kepiting rebus. hihihi~”
“yak! (hey!) ini tidak lucu” Peter mempoutkan bibir nya.
“kamu marah ya sama aku?” tanya Azura.
Peter terus melangkah dan tidak memperhatikan Azura yang terus melontarkannya pertanyaan.
“Peter-ah, jangan marah begini dong” Azura merayu Peter agar tidak marah kepadanya. “Peter..” Azura menggunakan jurus andalannya yaitu aegyo.
“yak!” Peter pun berteriak dengan Azura sekeras-kerasnya.
Azura pun terkejut dan penglihatannya pun agak sedikit berkunang kunang. Ia seperti terhuyung .
“Azu-ya neon gwenchanna? ( Azu kamu tidak apa-apa? )” Peter bertanya kepada Azura karena khawatir.
“eoh~ nan gwenchanna.. (iya~ aku gak papa..)” ucap Azura.
“jeongmal? ( benakah ? )” ucap Peter yang semakin khawatir. Sebenarnya ia berteriak tadi hanya ingin mengerjai Azura, tapi hasil nya malah seperti ini.
“jeongmalyo.. (tentu.. ) ” Azura mencoba berjalan dengan nnormal seperti semula.
Mereka berdua tiba bersama-sama di kelas. Azura langsung duduk ke tempat duduknya walaupun ia tadi hampir terhuyung jatuh. Peter mengkhawatirkan Azura. Ia merasa bersalah sudah berteriak dihadapannya.
Pelajaran berikutnya adalah Hangeul. Jujur Peter tidak pinta dalam menulis Hangeul (tulisan kanji korea ), dikarenakan ibunya yang berdarah Amerika dan juga ia tubuh dan besar di Amerika selama 7tahun. sepanjang pelajaran Hangeul Peter hanya memperhatikan Azura saja, dikarenakan ia khawatir akan keadaan Azura. Pelajaran pun selesai dan dilanjut dengan pelajaran Sains. Pelajaran yang sangat disukai oleh Azura.
Skip–
Bel tanda waktunya pulang sekolah pun berbunyi. Inilah yang ditunggu-tunggu para murid di Gamseong International High School. Para murid berbondong-bondong mengerumuni pintu kelas untuk segera pulang. Tidak untuk Azura. Ia memilih duduk terlebih dulu hingga semua murid tidak berdesak-desakan lagi baru pulang. Peter mendatangi ke tempat duduk Azura.
“hamke kajja.(ayo pergi bersama)” ucap Peter.
“kajja (ayo ) “
Mereka berdua pun pergi bersama.
A BEAUTIFFUL MEMORISE
Semenjak mereka bertemu, merak berdua semakin karab saja. Lama kelamaan Peter menaruh hati kepada Azura. Suatu hari ia ingin mengungkapkan perasaannya kepada Azura. Ia menyuruh teman-temannya untuk membawa Azura ke tempat ayng sudah disediakan untuk surprise kepada Azura. Setelah lima menit menunggu, akhirnya Azura datang juga.
“kenapa aku di bawa kesini?” tanya Azura kebingungan.
“Azura, dangsin-eun nae yeoja chingu iss-eulkka? (maukah kamu menjadi pacarku?)” Peter berlutut kepada Azura sambil memberikan satu buket bunga mawar putih kesukaan Azura.
“na? (aku?)” tanya Azura heran.
“eo, eottae? (iya, bagaimana ?)” ucap Peter memantapkan.
” kamu yakin ingin menjadi namjachingu ( pacar ) ku?” tanya Azura lagi.
Dengan suara mantap Peter berkata “ne. (iya) “
Azura mengambil buket bunga mawar putih dari tangan Peter dan berkata ” naneun dangsin-ui yeoja chingu gadoego sip-eo (aku mau menjadi pacarmu)”
Suasana ditempat sangatlah ramai dengan tepuk tangan murid sekoah. Bahkan, gurupun juga ikut melihat aksi penembakan(?) tersebut. Para guru dan murid bersorak-sorak gembira. Namun ada juga murid yang sedih seperti Pclub dan AzuLuv ( pecinta Azura ).
A Beautifful Memorise
Hubungan cinta Azura dan Peter sudah berjalan lima bulan lamanya. Dan pada saat perayaan anniversary mereka yang ke lima bulan Azura tidak datang ke perayaan mereka. Ia harus bolak-balik akibat penyakit Leukemia yang telah dideritanya selama 6 tahun. Ia memang sengaja merahasiakan penyakitnya dari Peter, karena ia tidak ingin orang yang disayang dan dicintainya tersebut terbebani karena penyakitnya. Menurut dokter umur Azura tidak akan lama lagi.
1 minggu kemudian…
Peter merasakan ada yang aneh dengan Azura. Beberapa hari ini ia tidak masuk sekolah. Kata guru i sedang izin, karena sedang sakit. Jadi saatpulang sekolah ia memutuskan untuk pergi mengunjungi kekasihnya tersebut. Ketika dalam perjalanan menuju rumah Azura tiba-tiba ia dijalan ia mendapat telpone dari orangtuanya nya Azura.
“yeoboseyo? (halo?)” kata Peter mengangkat Hp nya.
“yeoboseyo, Peter-ah. Datangi kami di RS.Gamseong.. palli ( cepat )”
Mendapat telpon dari orangtuana Azura yang seperti ada sesuatu, Peter lang menancapkan mobilnya dengan kecepatan penuh. Sesampainya di rumah sakit ia begitu terkejut melihat kekasihnya Azura dipenuhi alat medis di badannya. Azura membuka matanya dan melihat ada Peter di sana .
“Peter.. ” ucap Azura dengan wajah yang tersenyum pahit.
Peter diam tanpa kata. Lau, ia mencoba mendekati Azura. Tanpa ia sadari air matanya telah menetes.
“wae? (kenapa?) wae malhaji ma? (kenapa kamu tidak memberitahuku?) ” ucap Peter dengan nada agak nyaring.
“aku.. hanya tidak ingin kamu terbebani karena penyakitku.. ” ucap Azura.
“kamu pikir dengan tidak mengatakannya kepadaku aku tidak terbebani?”
Azura hanya terdiam saja. Baru kali ini ia melihat Peter semarah ini.
“kamu salah Azura, dengan kamu tidak mengatakannya kepadaku aku malah semakin terbebani..”
Air mata Azura mulai keluaran, entah kapan ia mulai menangis. Yng bisa ia lakukan sekarang hanyalah mendengarkan celotehan kekasih yang dicintainya.
“mianhae, naega jeongmal mianhae (maaf, aku benar-benar minta maaf)” ucap Azura sambil menangis.
Peter mendekatkan diri dengan Azura lalu memeluknya dengan hangat. Ia merasa hatinya seperti disayat ketika melihat Azura menangis.
“mianhae, sudah membuatmu menangis” ucap Peter. “Lain kali jangan sembunyikan apa-apa dariku, arraseo?” lanjutnya.
Azura hanya menganggukan kepealanya saja.
Waktu demi waktu telah dilalui. Kondisi Azura semakin kritis. Saat ini yang hanya dilakukan Azura hanya berbaring diatas kasur rumah sakit dengan alat medis terpasang di badannya. Ia berharap kalau ia bisa sembuh dari penyakit yang dideritanya walaupun umurnya tidak lama lagi. tiba-tiba ia memanggil Peter.
“Chagiya (sayang ) aku memiliki permintaan terakhir.” ucap Azura.
“apa itu?” ucap Peter.
“aku ingin di detik-detik terakhirku kita membuat banyak kenangan manis”
“baiklah, jika itu maumu.”
Atas izin dokter mereka berdua bisa jalan-jalan dan membuat kenangan manis. Hingga saat detik-detik Azura. Mereka berdua duduk di pinggir pantai dan Azura tidur di pangkuan Peter.
“Chagi~ melihat matahari terbenam di pinggir pantai sungguh indah.” nucap Azura.
“kamu benar.” Peter hanya dapat menjawab singkat.
Mereka berdua berbincang-bincang hingga saat matahari hampir tenggelam Azura tak bersuara lagi. Badannya dingin sedingin es batu. Tubuhnya membiru. Tak terasa air mata Peter turun begitu saja. Ia tak tahan merasakan sakitnya hati yang diibaratkan tersayat silet yang tajam. Mereka berdua tetap dalam posisi seperti itu, hingga ahli medis datang untuk membawa Azura kembali ke rumah sakit. Orangtua Azura mendekati Peter dan memberikan sebuah kotak yang berisi kalung liontin yang didalamnya terdapat gambar ia, Azura dan sepupunya Azura yang masih kecil. Mereka bertiga di foto tersebut seperti halnya suami, istri dan anak.
Ketika sampai dirumah sakit dokter mengatakan bahwa nyawa Azura tidak dapat diselamatkan. Orangtua Azura pun menangis histeris.
A Beautifful Memorise
Saat upacara pemakaman Azura, Peter mungkin sudah mencoba melupakannya. Tetapi ibu nya Azura masih menangis histeris. Upacara pemakaman pun selesai. Orang lain sudah pulang. Hanya tertinggal Peter sendirian disana. Ia meratapi makam kekasihnya yang sudah pergi mendahuluinya.
“Selamat jalan chagiya, semoga kamu selalu ada di sisinya. Amin” ucap Peter dalam hati. Ia berjalan menuju pulang. Saat ia membalikkan bandan untuk melihat lagi makam Azura, terlihat seorang gadis cantik berpakaian putih tersenyum kepada dirinya. Iya benar itu Azura.
“Aku rasa kamu sudah bahagia di sana Azura” ucap Peter membalas senyuman dari Azura.
Dalam sekejap mata cahaya tersebut menghilng.
-THE END-
Kali ini aku mau reshare cerpen korea aku yang sdah pernah aku share pertama kali di an wordpressku "azurizkafanfiction.wordpress.com"
Hope you all enjoy it..
A Beautifful Memoriese
Karya : Rizka Nur Astuti
Pembimbing : Ratna Restapaty, M.Pd
SMK KESEHATAN BORNEO LESTARI
Peter Jung seorang laki-laki tampan berambut pirang yang banyak disukai oleh kaum hawa di sekolahannya yaitu Gamseong International School. Wajar saja ia tampan, ayahnya merupakan kebangsaan Korea dan ibunya berkebangsaan Amerika.
Keesokan harinya ketika Peter berjalan memasuki kelasnya ia melewati ruangan musik. Disana ia mendengar seperti ada orang yang sedang memainkan piano. Ternyata dugaannya benar, terlihat seorang gadis sedang bermain instumental Cannon in D karya Pachebel. Peter pun memutuskan untuk duduk dikursi dekat gadis tersebut bermain piano. Gadis tersebut memainkan tuts piano dengan lincahnya. Gadis tersebut memiliki wajah cantik sperti hal nya member 5Dolls “Shannon”, tetapi gadis ini mukanya lebih ke Eropa.
Gadis tersebut telah selesai memainkan permainan pianonya. Peter pun bertepuk tangan sangat keras sehingga membuat gadis tersebut terkejut.
“kamu siapa?” ucap gadis tersebut.
“perkenalkan aku Peter Jung, kamu?” ucap Peter sambil mengulurkan tangannya.
“aku Azura Bayley Kim..” ucap gadis tersebut yang biasa dipanggil Azura atau Azu sambil menyambut tangan Peter.
“salam kenal.. oh ya kamu murid baru?”
“iya aku baru pindah dari Paris.. “
“pantesan saja aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. oh ya kamu bilang dari Paris?! berarti kamu bukan orang korea dong..”
“iya..” ucap gadis tersebut sambil tersenyum manis. Lalu gadis tersebut berkata lagi “eomma (ibu) ku orang Paris sedangkan appa (ayah) campuran Korea dan Indonesia..”
“pantes, muka kamu seperti orang Eropa..”
Azura tersenyum kembali. Tak lama mereka berbincang-bincang, tiba-tiba bel tanda masuk pun berbunyi.
Teng Teng Teng…
“kajja (ayo) bel sudah berbunyi. oh ya, kelas kamu dimana?” ucap Peter.
“aku kelas XIA , tapi aku gak tau kelasnya dimana?”
“wah, berarti kamu classmate aku dong..”
“neodo( kamu juga)”
“eo, majayo (yup, benar), kajja (ayo) kia bareng”
Akhirnya mereka pun berjalan menuju kelas bersama-sama. Diperjalanan menuju kelas, banyak murid perempuan membicarakan mereka seperti “keu yeoja neun nuguya? (wanita itu siapa?)” , “keu yeoja neun Peter seonbae yeojachingu? (apakah wanita itu pacarnyasenior Peter?”, dan sebagainya. Azura pun menjadi risih dibicarakan Pclub ( nama penggemar Peter ).
“yak! Peter-ah (hey! Peter) kamu cukup tenar juga disekolah ya?^^” ucap Azura sambil membuat seutas senyum di wajahnya.
“ha ha ha.. tidak juga” ucap Peter sambil tertawa renyah.
Setelah sepanjang jalan menuju kelas dibicarakan, didalam kelas pun juga dibucarakan oleh kaum hawa. Bahkan bukan hanya kaum hawa, kaum adam pun juga membicarakan mereka berdua . Terutama kepada Azura. mereka berkata “yak, geu yeoja neun.. owh jinja yeoppeuda (hey, gadis itu.. owh sangat cantik)” dan sebagainya. Tetapi, karena Azura seorang tipe wanita yang tidak perduli apa yang mereka katakan.
Bel istirahat berbunyi, semua murid bedesak-desakan keluar. Tapi tidak untuk Azura, ia lebih memilih dikelas saja membaca buku daripada diluar. Peter pun mendatangi Azura yang sedang membaca buku pelajaran.
“kamu tidak istirahat?” tanya Peter.
“tidak” jawab Azura.
“kenapa?” tanya Peter kembali.
“aku tipe wanita yang kurang suka kekantin, jadi setiap kali istirahat aku memutuskan untuk diam dikelas membaca buku daripada ke kantin” ujar Azura sambil menjelaskan.
“keurom darawa (kalau begitu ikut aku)” seru Peter sambil menarik tangan Azura.
“eodiga? (kemana?)”
“nanti kau akan tau. Sekarang tutup matamu.”
Azura pun menuruti perintah Peter, ia menutup matanya. Peter pun masih terus menarik tangannya dengan lembut sesampainya ketempat yang ingin dituju Peter. Ia menyuruh Azura untuk membuka matanya.
“Azu-yah, sekarang kamu bisa membuka matamu.” perintah Peter.
Ketika Azura membuka matanya alangkah terkejutnya ia. Ia baru mengetahui bahwa sekolah yang ia pakai sekarang memiliki pemandangan yang justru lebih indah daripada pemandangan di belakang sekolahnya dulu di Paris.
“eottae? neol joahae? (bagaimana? kamu menyukainya?)” tanya Peter kepada Azura.
“eo.. (ya..) neomu joah (sangat menyukainya)” balas Azura.
“neo arra?(kamu tahu?) kamu adalah orang pertama yang taman ini”
“wae? ( kenapa?)”
“taman ini memang dibuat secara rahasia. Belum ada murid sekolahan ini yang mengetahuinya selain kau dan aku..” jelas Peter.
“kenapa dirahasiakan?”
“aku juga tidak tahu.. pokoknya jangan beritahu siapa-siapa, arraseo ? ( mengerti ? )”
“arra.. (aku mengerti..)”
“yaksok? (berjanjilah) ” ucap Peter sambil mengulurkan jari kelingkingnya.
“yaksok.. ” ucap Azura tersenyum sambil mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Peter.
Mereka berbincang-bincang seperti halnya teman yang sudah lama tak berjumpa, adahal mereka baru saja bertemu. saking asyiknya mereka berbincang-bincang mereka tak sadar telah berbincang-bincang cukup lama hingga akhirnya bel tanda masuk kelas pun berbunyi.
teng teng teng..
“kajja ( ayo ) kita kekelas.” ucap Peter sambil mengulurkan tangannya.
Azura pun menyambut tangannya Peter. Peter menarik Azura terlalu kuat sehingga mereka berdua berdiri berhadapan dengan jarak yang sangat dekat kira-kira sekitar 5cm.
“aah~ mian ( aah~ maaf )” ucap Peter dengan wajah yang memerah seperti udang rebus.
” gwenchana ( tidak apa-apa )” ucap Azura dan wajahnya pun juga memerah seperti udang rebus. “ah, kajja (ayo) “. Akhirnya mereka berjalan menuju kelas dengan canggung.
Ketika perjalanan menuju kelas Peter berjalan sambil memperhatikan Azura. Azura yang dari tadi dipandangi Peter tidak sadar bahwa dirinya sedang diperhatikan Peter. Tak lama kemudian, Azura sadar bawa Peter sedang memperhatikan wajahnya. Langsung ia menoleh ke wajah ke Peter. Peter langsung cepat-cepat memalingkan wajahnya dan mencari pandang lain. Azura yang melihatnya tersenyum manis. Wajah Peter langsung memerah seperti kepiting rebus. Azura pun tertawa kecil melihat kelakuan temannya itu.
“kenapa kau tertawa?” ucap Peter dengan wajah masih seperti kepiting rebus.
“aniya (tidak apa-apa), aku hanya lucu saja melihat wajahmu yang memerah seperti kepiting rebus. hihihi~”
“yak! (hey!) ini tidak lucu” Peter mempoutkan bibir nya.
“kamu marah ya sama aku?” tanya Azura.
Peter terus melangkah dan tidak memperhatikan Azura yang terus melontarkannya pertanyaan.
“Peter-ah, jangan marah begini dong” Azura merayu Peter agar tidak marah kepadanya. “Peter..” Azura menggunakan jurus andalannya yaitu aegyo.
“yak!” Peter pun berteriak dengan Azura sekeras-kerasnya.
Azura pun terkejut dan penglihatannya pun agak sedikit berkunang kunang. Ia seperti terhuyung .
“Azu-ya neon gwenchanna? ( Azu kamu tidak apa-apa? )” Peter bertanya kepada Azura karena khawatir.
“eoh~ nan gwenchanna.. (iya~ aku gak papa..)” ucap Azura.
“jeongmal? ( benakah ? )” ucap Peter yang semakin khawatir. Sebenarnya ia berteriak tadi hanya ingin mengerjai Azura, tapi hasil nya malah seperti ini.
“jeongmalyo.. (tentu.. ) ” Azura mencoba berjalan dengan nnormal seperti semula.
Mereka berdua tiba bersama-sama di kelas. Azura langsung duduk ke tempat duduknya walaupun ia tadi hampir terhuyung jatuh. Peter mengkhawatirkan Azura. Ia merasa bersalah sudah berteriak dihadapannya.
Pelajaran berikutnya adalah Hangeul. Jujur Peter tidak pinta dalam menulis Hangeul (tulisan kanji korea ), dikarenakan ibunya yang berdarah Amerika dan juga ia tubuh dan besar di Amerika selama 7tahun. sepanjang pelajaran Hangeul Peter hanya memperhatikan Azura saja, dikarenakan ia khawatir akan keadaan Azura. Pelajaran pun selesai dan dilanjut dengan pelajaran Sains. Pelajaran yang sangat disukai oleh Azura.
Skip–
Bel tanda waktunya pulang sekolah pun berbunyi. Inilah yang ditunggu-tunggu para murid di Gamseong International High School. Para murid berbondong-bondong mengerumuni pintu kelas untuk segera pulang. Tidak untuk Azura. Ia memilih duduk terlebih dulu hingga semua murid tidak berdesak-desakan lagi baru pulang. Peter mendatangi ke tempat duduk Azura.
“hamke kajja.(ayo pergi bersama)” ucap Peter.
“kajja (ayo ) “
Mereka berdua pun pergi bersama.
A BEAUTIFFUL MEMORISE
Semenjak mereka bertemu, merak berdua semakin karab saja. Lama kelamaan Peter menaruh hati kepada Azura. Suatu hari ia ingin mengungkapkan perasaannya kepada Azura. Ia menyuruh teman-temannya untuk membawa Azura ke tempat ayng sudah disediakan untuk surprise kepada Azura. Setelah lima menit menunggu, akhirnya Azura datang juga.
“kenapa aku di bawa kesini?” tanya Azura kebingungan.
“Azura, dangsin-eun nae yeoja chingu iss-eulkka? (maukah kamu menjadi pacarku?)” Peter berlutut kepada Azura sambil memberikan satu buket bunga mawar putih kesukaan Azura.
“na? (aku?)” tanya Azura heran.
“eo, eottae? (iya, bagaimana ?)” ucap Peter memantapkan.
” kamu yakin ingin menjadi namjachingu ( pacar ) ku?” tanya Azura lagi.
Dengan suara mantap Peter berkata “ne. (iya) “
Azura mengambil buket bunga mawar putih dari tangan Peter dan berkata ” naneun dangsin-ui yeoja chingu gadoego sip-eo (aku mau menjadi pacarmu)”
Suasana ditempat sangatlah ramai dengan tepuk tangan murid sekoah. Bahkan, gurupun juga ikut melihat aksi penembakan(?) tersebut. Para guru dan murid bersorak-sorak gembira. Namun ada juga murid yang sedih seperti Pclub dan AzuLuv ( pecinta Azura ).
A Beautifful Memorise
Hubungan cinta Azura dan Peter sudah berjalan lima bulan lamanya. Dan pada saat perayaan anniversary mereka yang ke lima bulan Azura tidak datang ke perayaan mereka. Ia harus bolak-balik akibat penyakit Leukemia yang telah dideritanya selama 6 tahun. Ia memang sengaja merahasiakan penyakitnya dari Peter, karena ia tidak ingin orang yang disayang dan dicintainya tersebut terbebani karena penyakitnya. Menurut dokter umur Azura tidak akan lama lagi.
1 minggu kemudian…
Peter merasakan ada yang aneh dengan Azura. Beberapa hari ini ia tidak masuk sekolah. Kata guru i sedang izin, karena sedang sakit. Jadi saatpulang sekolah ia memutuskan untuk pergi mengunjungi kekasihnya tersebut. Ketika dalam perjalanan menuju rumah Azura tiba-tiba ia dijalan ia mendapat telpone dari orangtuanya nya Azura.
“yeoboseyo? (halo?)” kata Peter mengangkat Hp nya.
“yeoboseyo, Peter-ah. Datangi kami di RS.Gamseong.. palli ( cepat )”
Mendapat telpon dari orangtuana Azura yang seperti ada sesuatu, Peter lang menancapkan mobilnya dengan kecepatan penuh. Sesampainya di rumah sakit ia begitu terkejut melihat kekasihnya Azura dipenuhi alat medis di badannya. Azura membuka matanya dan melihat ada Peter di sana .
“Peter.. ” ucap Azura dengan wajah yang tersenyum pahit.
Peter diam tanpa kata. Lau, ia mencoba mendekati Azura. Tanpa ia sadari air matanya telah menetes.
“wae? (kenapa?) wae malhaji ma? (kenapa kamu tidak memberitahuku?) ” ucap Peter dengan nada agak nyaring.
“aku.. hanya tidak ingin kamu terbebani karena penyakitku.. ” ucap Azura.
“kamu pikir dengan tidak mengatakannya kepadaku aku tidak terbebani?”
Azura hanya terdiam saja. Baru kali ini ia melihat Peter semarah ini.
“kamu salah Azura, dengan kamu tidak mengatakannya kepadaku aku malah semakin terbebani..”
Air mata Azura mulai keluaran, entah kapan ia mulai menangis. Yng bisa ia lakukan sekarang hanyalah mendengarkan celotehan kekasih yang dicintainya.
“mianhae, naega jeongmal mianhae (maaf, aku benar-benar minta maaf)” ucap Azura sambil menangis.
Peter mendekatkan diri dengan Azura lalu memeluknya dengan hangat. Ia merasa hatinya seperti disayat ketika melihat Azura menangis.
“mianhae, sudah membuatmu menangis” ucap Peter. “Lain kali jangan sembunyikan apa-apa dariku, arraseo?” lanjutnya.
Azura hanya menganggukan kepealanya saja.
Waktu demi waktu telah dilalui. Kondisi Azura semakin kritis. Saat ini yang hanya dilakukan Azura hanya berbaring diatas kasur rumah sakit dengan alat medis terpasang di badannya. Ia berharap kalau ia bisa sembuh dari penyakit yang dideritanya walaupun umurnya tidak lama lagi. tiba-tiba ia memanggil Peter.
“Chagiya (sayang ) aku memiliki permintaan terakhir.” ucap Azura.
“apa itu?” ucap Peter.
“aku ingin di detik-detik terakhirku kita membuat banyak kenangan manis”
“baiklah, jika itu maumu.”
Atas izin dokter mereka berdua bisa jalan-jalan dan membuat kenangan manis. Hingga saat detik-detik Azura. Mereka berdua duduk di pinggir pantai dan Azura tidur di pangkuan Peter.
“Chagi~ melihat matahari terbenam di pinggir pantai sungguh indah.” nucap Azura.
“kamu benar.” Peter hanya dapat menjawab singkat.
Mereka berdua berbincang-bincang hingga saat matahari hampir tenggelam Azura tak bersuara lagi. Badannya dingin sedingin es batu. Tubuhnya membiru. Tak terasa air mata Peter turun begitu saja. Ia tak tahan merasakan sakitnya hati yang diibaratkan tersayat silet yang tajam. Mereka berdua tetap dalam posisi seperti itu, hingga ahli medis datang untuk membawa Azura kembali ke rumah sakit. Orangtua Azura mendekati Peter dan memberikan sebuah kotak yang berisi kalung liontin yang didalamnya terdapat gambar ia, Azura dan sepupunya Azura yang masih kecil. Mereka bertiga di foto tersebut seperti halnya suami, istri dan anak.
Ketika sampai dirumah sakit dokter mengatakan bahwa nyawa Azura tidak dapat diselamatkan. Orangtua Azura pun menangis histeris.
A Beautifful Memorise
Saat upacara pemakaman Azura, Peter mungkin sudah mencoba melupakannya. Tetapi ibu nya Azura masih menangis histeris. Upacara pemakaman pun selesai. Orang lain sudah pulang. Hanya tertinggal Peter sendirian disana. Ia meratapi makam kekasihnya yang sudah pergi mendahuluinya.
“Selamat jalan chagiya, semoga kamu selalu ada di sisinya. Amin” ucap Peter dalam hati. Ia berjalan menuju pulang. Saat ia membalikkan bandan untuk melihat lagi makam Azura, terlihat seorang gadis cantik berpakaian putih tersenyum kepada dirinya. Iya benar itu Azura.
“Aku rasa kamu sudah bahagia di sana Azura” ucap Peter membalas senyuman dari Azura.
Dalam sekejap mata cahaya tersebut menghilng.
-THE END-